Senin, 06 Oktober 2008

PSI MENUJU PEMILU 2009

Sebagai partai peserta pemilu 2004 dengan perolehan kursi 93 DPRD I dan DPRD II adalah sebuah keniscayaan bila pada pesta demokrasi berikutnya hanya menjadi penonton saja. Akan tetapi karena peraturan perundangan yang berlaku memang mensyaratkan demikian, maka apa boleh buat.


Bahwa bagi partai yang tidak lolos ET atau tidak memperoleh 2,5% suara, secara otomatis tertutuplah kesempatan untuk dapat turut dalam pemilu berikutnya kecuali dengan cara bergabung dengan partai lain atau berganti nama sebagai partai baru. Dan PSI Pasca pemilu 2004 dengan segala cerita suka dukanya memang seolah telah matisuri, 33 DPD di seluruh propinsi di Indonesia seolah kehilangan arah, karena memang ada "pembiaran" secara tidak langsung.


Beberapa pengurus atau sebagian besar pengurus DPP bahkan melarikan diri dengan berbagai alasan. Intinya sejak saat itu tak ada yang melirik tentang keberadaan PSI. Bahkan para angggota dewan yang telah duduk di kursi legislatif pun nyaris tak tersentuh oleh aturan partai, mereka dibiarkan menikmati kelegislatifan tanpa ada konstribusi signifikan kepada partai, sementara partai tengah berada dalam kondisi terpuruk. Setelah lebih dari dua tahun menikmati empuknya kursi legislatif barulah DPP-PSI berinisiatif untuk mengatur tentang konsekuensi sebagai anggota dewan. Itupun tidak mudah, karena telah terlanjur terlena kebebasan yang selama ini ternikmati. Praktis hanya beberapa gelintir saja yang mematuhi aturan main tersebut.


Melalui Kongres Hotel Borobudur 12-14 Agustus 2007 lebih dari 300 orang dari seluruh Indonesia bersepakat untuk mendirikan Partai PSI sebagai jelmaan atau kelanjutan dari PSI yang telah dianggap mati suri dengan sebuah harapan besar dapat turut serta pada pesta demokrasi pemilu 2009. Langkah-langkah dan strategi menuju sebagai peserta pemilu pun dilalui.


Adalah seorang Mardinsjah sebagai tokoh tertua yang senantiasa mejaga komitmennya terhadap PSI dan paling berpengalaman dalam urusan kepartaian dengan ketekunan dan kesabaran serta keyakinannya yang luar biasa sepanjang hari meramu jejak langkah Partai PSI sebagai konsekuensi atas kesepakatan borobudur yang telah ditandatangani di hadapan notaris. Ketekunannya menggelitik kami yang muda untuk turut serta dalam proses Partai PSI menuju pemilu 2009, karena sejak usainya munas kami secara intens melakukan pertemuan-pertemuan non formal dengan beliau. Dari intennya pertemuan itu saya, Nazir Muchammad, dan Safrudin Djosan telah terlibat secara aktif dalam merealisasikan dan mengupayakan secara optimal akan keikutsertaan Partai PSI pada pemilu 2009 sesuai amanat kongres.


Ditengah ketidakberdayaan partai dalam berbagai hal , kami bersama staf sekretariat terus bekerja secara maraton hingga terkadang pulang larut malam karena harus menunggu supporting data dari daerah yang datangnya tak menentu, dan memverifikasi awal seluruh data yang ada dengan dibantu pada awalnya oleh Adriansyah (wasekjen) dan menghilang setelah penyerahan data ke Depkumham, Syafrizal Rambe yang memverifikasi data dari provinsi Maluku Utara dan karena tugasnya dan baru saja diangkat sebagai staf ahli di DPR sehingga peran sertanya tidak aktif lagi.


Dalam beberapa saat semangat saya pun terkadang rapuh seiring dengan perasaan pesimistis beberapa pihak dan melihat kenyataan tentang kelengkapan data dari daerah yang harus selalu dikejar namun tidak juga kunjung melengkapinya. Namun sang penyemangat "buya Mardinsjah" dengan nada serak dan beratnya yang khas 'kita lolooos hayaaat... ' terus menyemangati saya di tengah-tengah pesimistis semua pihak, sehingga semangat itu tumbuh kembali. Kekuatan itu ada pada semangat dan kekompakan tim verifikasi bersama-sama teman-teman di sekretariat khususnya Ambar dan Anna yang terus melakukan pekerjaan-pekerjaan dengan mengumpulkan data-data yang datang melalui faximile dan email yang alamatnya saya buatkan untuk mempercepat proses pengiriman data sehingga tidak perlu mengetik ulang (sayangnya hanya beberapa DPD saja yang mampu mengakses internet).


Hingga akhirnya datanglah waktu deadline dan akhir dari masa pendaftaran ke Depkumham pada tanggal 27 februari 2008 dengan data-data yang masih sangat jauh dari sempurna, hanya Banten dan Lampung yang boleh dianggap cukup sempurna. Bahkan hari itu data dari Papua dan daerah lain masih menyusul melalui faximile, padahal data yang terkirim harus data asli bukan salinan atau foto kopi. Kepanikan semakin bertambah ketika salah satu data materi verifikasi dari Poropinsi Banten ternyata tidak ada. Haji Yadi sebagai orang yang paling bertanggungjawab tentu saja berang 'wah kalo sampe data gue hilang ini berarti ada sabotase dan ada orang yang gue bunuh' ancamnya dan entah kepada siapa ancaman itu diarahkan. Semua upaya pun dikerahkan, dan ditengah kepanikan itu saya dan Djosan mencoba menelusuri perjalanan data, kebetulan juga data itu saya yang memverifikasi dan Djosan yang mengantarkan ke tempat penjilidan. Benar saja ketika saya menghubungi tempat penjilidan isteri mas Dodo (tukang jilid yang diboyong ke kantor DPP di Kemang) saya minta mencari data DPD Banten dari dus-dus yang terkirim, alhamdulillah data itu ditemukan. Tanpa pikir panjang Djosan sebagai orang yang juga merasa bertanggungjawab langsung meluncur dengan diantar supir Nazir Muchammad ke daerah Jatiwaringin untuk mengambil data DPD Banten tersebut. Dan kecemasan serta ketegangan di kantor DPP pun sesaat cair, pak Mardin yang semula nampak menyimpan rasa emosi terlihat dari raut wajahnya pun turut merasa lega dan dapat senyum kembali.


Saat itu waktu berjalan demikian cepat, sampai akhirnya tepat pukul sepuluh malam kami berangkat ke Depkumham di jalan rasuna Said kuningan dengan iringan konvoi beberapa kendaraan. Beberapa teman dari DPD yang hadir yang saya ingat antara lain DPD Banten, DPD Papua, DPD Jabar, DPD Jatim, DPD Sumbar, Kalteng DKI dan pengurus DPP Partai PSI serta buya Mardinsyah yang dipaksa untuk ikut oleh Nazir dengan menggandeng tangannya bak seorang ayah menggandeng sang anak secara paksa.

Satu persatu DPD yang hadir menenteng berkasnya masing-masing dan berbaris satu persatu menuju tempat pendaftaran. Nazir pun menandatangani penyerahan data verifikasi ke meja administrasi. Saat tiba giliran Partai PSI untuk melaporkan secara singkat datanya, saling dorong pun terjadi untuk menyampaikan laporannya dan muka pucat terlihat dari wajah beberapa pejabat teras Partai PSI, karena down melihat partai lain yang nampak siap dan kompak dengan seragam dan jas partainya dengan iringan yel-yel penyemangat saat menyerahkan datanya. Dan nazir kembali mendorong buya Mardin untuk menyampaikan laporan data Partai PSI yang seadanya itu. Ditengah-tengah kepanikan muncul kepiawaian seorang "politikus gaek " Mardinsjah yang menyelesaikan semua kepanikan ini, tanpa yel-yel, tanpa jas partai dan tanpa lemari tempat data materi verifikasi... hanya kaos partai yang "meleketet" karena terlalu kecil dengan sablon cocol sebagaimana produk kaos tahun 70 an. Dengan orasi yang sangat meyakinkan buya pun menyampaikan laporan secara rinci dan diiringi bahasa-bahasa politis tanpa keraguan sedikitpun menyerahkan secara resmi bahan-bahan verifikasi Partai PSI untuk dilakukan verifikasi oleh tim dari Depkumham.


Pada saat Partai PSI menyerahkan bahan verifikasi, hadir Menteri Kumham Andi Matalatta yang baru saja menghadiri rapat pleno di gedung DPR untuk membicarakan finalisasi RUU No. 10 Tahun 2008 yang memuat pasal kompromistis 316 huruf "d". Sehingga beberapa media elektronik yang hadir saat itu lebih memilih meliput laporan menteri ketimbang penyerahan materi verifikasi "partai gurem" PSI, hanya tertinggal metro tv yang meliput dan TV one yang hanya selintas lalu menuju ke arah menteri. Di tengah-tengah laporan buya Mardin, Djosan melaporkan kegiatan penyerahan materi verifikasi Partai PSI kepada ketua Umum Partai via SMS, dan sambil berseloroh dia bilang ’lu liat yat partai lain kagak dihadiri menteri, tapi Partai PSI dihadiri menteri lho, ini pertanda baik buat Partai PSI’ saya pun menjawab ente emang paling bisa nyenengin ati ame pake ilmu gathuk san!’.


Seusai pendaftaran ternyata seseorang yang diberi tugas untuk membeli box kontainer wadah data partai ternyata tidak dibeli, maka beberapa teman berinisitaif membungkus data verifikasi dengan bendera pataka PSI. Saya dan Djosan pun berinisiatif mencari box kontainer ke beberapa supermarket yang buka 24 jam. Al hasil tak satupun supermarket yang menjual wadah dimaksud. Kami pun mengarahkan mobil ke wilayah Manggarai berharap ada toko penjual filing kabinet bekas yang bisa melayani. Beberapa toko yang kami gedor pintunya tak satupun yang membuka pintu gerbangnya, karena memang waktu saat itu sudah pukul dua belas malam. Tujuan berikutnya adalah kantor DPP untuk mengambil filing kabinet yang ada, sebelumnya terlebih dulu telepon ke OB yang ada di DPP, tapi kembali ternyata OB yang ada sedikit ”oon” dan tidak faham terhadap instruksi kami via telepon tentang apa yang kita mau sementara waktu terus berjalan.


Pada posisi sulit Djosan mencoba menghubungi saudara iparnya yang ada di bekasi, ternyata ada, dan kontainer itu tempat mainan keponakannya, maka kami pun segera mengarahkan kendaraan berbalik arah dari pancoran menuju tol cikampek ke Bekasi, ditengah perjalanan dalam tol Cikampek saya menghubungi mertua yang nampaknya punya box kontainer tempat pakaian. Maka langsung kami berdua meluncur ke rumah mertua dengan permohonan maaf saya mohon izin untuk mengeluarkan isi pakaian yang ada dan mengambil tiga box kontainer pada tengah malam menjelang pagi tanggal 28 Februari 2008 itu.


Sepanjang pengurusan Partai PSI di Kumham dan KPU secara simultan kami pun melakukan upaya lain berupa koalisi 8 partai yang rapat awalnya dilakukan di restoran Pulau dua Senayan diprakarsai oleh Mochtar pakpahan dan difasilitasi oleh Ratna dari PPD, dari PSI saat itu hadir Saya, Nazir dan Djosan. Dalam pertemuan ini dibahas materi persiapan gugatan ke MK dan persiapan demonstrasi dan pengerahan sejumlah massa ke DPR RI senayan. Ke delapan partai yang hadir saat itu antara lain Partai Buruh, Partai Merdeka, PPD, PNBK, Patriot, PPNUI, PSI dan PIB.


Namun dalam perjalannya tertinggal 4 partai saja yakni PSI. Merdeka, PPNUI dan Partai Buruh, karena empat partai lainnya telah dinyatakan lolos dalam verifikasi KPU dan memenuhi syarat untuk mengikuti pemilu 2009.

Jerih payah tak selesai sampai disitu, perbaikan data dan lain-lain pun masih harus dilakukan dengan kembali menunggu data dari daerah yang datangnya juga tak menentu. Namun berkat kedekatan ibu Endriana dengan salah seorang staf di Depkumham kelengkapan data ini dapat diselesaikan.


Proses panjang ini pun menelan korban, beruntung nyawaku selamat. Sepulang dari DPP pagi hari kendaraan mobil jazz yang saya kendarai menabrak truk besar di jalan tol Cikampek tepatnya pada 2 km menuju pintu tol Pondokgede Barat, karena mengantuk dan kecepatan di atas 100 km truk yang ada di depan tertabrak dari belakang, kembali beruntung karena kemudi cepat saya arahkan ke kiri sehingga mobil yang saya kemudikan tidak sampai masuk kolong truk tersebut. Namun kerusakannya cukup parah, pintu samping kemudi penyok dan tidak bisa terbuka, kaca sipon kanan patah dan beberapa lecet-lecet body yang cukup serius. Dan di akhir proses inipun saat Partai PSI dinyatakan lolos sang penyemangat buya Mardinsyah jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit, karena terlalu lelah saat proses verifikasi yang panjang, sementara usianya sudah terlalu sepuh untuk melakukan pekerjaan yang cukup berat ini.


Sehari sebelum disahkannya RUU No. 10 Tahun 2008 dan dalam bahasan serius di gedung DPR-RI kami berempat turun ke jalan bersama dengan delapan partai yang masih solid berkoalisi saat itu dengan menurunkan sejumlah massa dan membaginya menjadi dua kelompok. Kelompok I menunggu di pintu masuk dewan, dan kelompok II berorasi di pintu utama. Pagi hari pukul tujuh kami bersama para pimpinan parpol sepakat ketemu di Sultan Hotel. Sementara massa berjalan dari kantor DPP PNBK menuju gedung DPR (PNBK sebagai lead demo).


Kami pun berbagi tugas, Ketum dan Sekjen masuk ke dalam gedung DPR, sementara saya dan Djosan bersama massa yang lain berorasi di pintu utama. Satu-satu orator dari masing koalisi partai dipersilahkan untuk menyampaikan orasinya selama lima menit. Pada gilirannya PSI dipersilahkan untuk naik ke atas mobil sound system untuk menyampaikan orasinya, maka saya pun naik ke atas dan menyampaikan orasi selama lima menit.


Beberapa hari menjelang pengumuman secara resmi dari KPU, ketua-ketua DPD menyampaikan berita menggembirakan. Sebelumnya Ketua Umum Partai PSI mengutus unsur DPP ke daerah untuk melakukan peninjauan persapan verifikasi faktual KPUD terhadap beberapa wilayah yang dianggap perlu dukungan moril dan dana sekedarnya (Sumut, Jambi, Riau, Kepri, Sumbar, Lampung, DIY, Jatim, Kalbar dan Kalteng). Dari sepuluh DPD yang akan dikunjungi ternyata hanya tiga DPD saja yang dikunjungi. Ternyata prediksi Ketum memang benar, diantara sepuluh DPD yang semula akan dikunjungi dua diantaranya adalah termasuk DPD yang dinyatakan tidak lolos verifikasi (DIY dan Sumut). Dan Jatim yang juga semula bermasalah dapat diselesaikan di detik-detik akhir.


Tanggal 6 Juli 2008, sehari menjelang pengumuman KPU, DPP Partai PSI melakukan rapat yang intinya membahas tentang ketidak lolosannya, karena informasi sudah dapat diterima. Namun di tengah suasana rapat ada infomasi dari KPU melalui Rudy Alamsyah yang manyatakan bahwa tanggal 9 Juli 2008 pak Rahardjo diminta untuk datang guna pengambilan nomor undian, saya tidak faham informasi ini merupakan fenomena apa? Tapi informasi ini dianggap wacana dan DPP pasrah dengan keadaan, setelah upaya terakhir dilakukan dengan berbagai cara untuk memenuhi persyaratan-persyaratan yang kurang yang hanya masalah beberapa DPC saja. Hingga pengumuman tanggal 7 juli 2008 pun diumumkan dan Partai PSI dinyatakan gagal.


Di tengah ketidak pastian nasib partai, dan kelesuan pengurus DPP ada sebuah harapan yang muncul yakni gugatan partai-partai dimenangkan oleh MK. Dengan semangat yang tersisa, pun ditengah rasa pesimis semua pihak kembali kami berempat bergegas menyongsong celah-celah kesempatan tersebut.

Kami datangi dan demo di kantor KPU, demo di senayan, rapat di berbagai tempat sampai dengan audiensi dikantor Mensesneg Hatta Radjasa terus kami jalani dengan kesabaran. Sampai akhirnya dimenangkan oleh PTUN tanggal 13 Agustus 2008. Saat itu tidak serta merta kami dinyatakan diterima sebagai peserta pemilu. Karena harus melewati masa dua hari dengan cara menduduki KPU dari pagi hingga larut malam untuk sekedar menunggu Ketua KPU yang sedang melakukan sosialisasi di daerah. Pada tanggal 15 Agustus 2008 Ketua KPU memberikan signal bahwa 4 partai dinyatakan sebagai peserta pemilu dan tanggal 16 Agustus 2008 akan dilakukan pengundian nomor urut.


Meledaklah kegembiraan itu, dan orang pertama yang kami hubungi saat itu justeru Ketua Apnatel, baru Ketua Umum PSI dan Sekjen. Dan Ketua Badan Depnaker Jumhur Hidayat adalah orang pertama yang rekonform tentang kebenaran pengumuman KPU malam itu.


Dalam canda dan sendagurau kami berempat ditengah harap-harap cemas menanti harapan yang kata sebagian orang sebuah "mission imposible" sering terucap "Kita ini orang PSI tapi justeru kita yang urus Partai PSI, jangan-jangan justeru PSI nanti yang lolos dan terdaftar sebagai peserta pemilu 2009. Ternyata sang malaikat pencatat amal baik mendengar sendagurau dan celoteh kami berempat yang secara bergantian hadir di pertemuan dengan 3 partai lainnya.

Kini...PSI melangkah dengan gagah perkasa sebagai peserta pemilu 2009 dan setara dengan para peserta pemilu lain yang telah lebih dulu mendapat tiket lengkap dengan nomor punggungnya.


Kalau saja semua ini dianggap sebagai perbuatan dzalim terhadap partai-partai sisa oleh penguasa, maka jangan lupa bahwa ada kebiasaan di republik ini bahwa siapa yang terdzalimi dia akan menjadi sesuatu (Megawati dan SBY jadi presiden, Jumhur jadi kepala Badan). Bisa jadi PSI menjadi partai yang diperhitungkan. Tanda-tanda itu mulai nampak, dengan hanya memiliki waktu dua hari, PSI mampu menyelesaikan daftar nama bakal nama calon dan kini telah resmi menjadi nama DCS yang berarti pula 95 % telah menjadi Daftar Nama Calon Tetap .


Perahu PSI yang telah ditinggalkan awaknya kini dapat berlabuh menuju sebuah pelabuhan dengan sejumlah sisa penumpang yang sudah tidak terangkut oleh Kapal mewah sebelumnya yang melaju duluan beberapa waktu lalu. Kebocoran disana sini pun telah mampu ditambal sulam secara bergantian oleh empat awak kapal tersisa.


Dengan berpegang pada manifest nomor 43 kita berlabuh menuju pelabuhan senayan, yang konon katanya sebuah pelabuhan terindah dan kini sebagian diurus oleh bajak laut.


Good luck!

Ke Parung beli rantai

Jangan lupa makan sop iga

Kalau bingung pilih partai

Pilih aja nomor empat tiga

















Tidak ada komentar: